Sabtu, 22 Maret 2014

Fitrah & Dinamika manusia


"Kullu mauludin yuladu alal fitrah fa abawahu yuhawidanihi aw yunashironihi,
aw yumajisanihii."
Artinya:
Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah berpotensi untuk berbuat baik dan buruk tergantung orang tuanya, mau dijadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi. (H. R Bukhari).

Senada dengan teori psikologis yang diistilahkan dengan tabula rasa, hadits di atas menggambarkan kesucian seorang bayi ketika dilahirkan ke dalam dunia, ibarat sebuah kertas kosong yang esensi warna yang tersirat bergantung pada ukiran alam, atau dalam bahasa behaviorismenya "human baby is a sheet ot white paper avoid of all characters" John Locke.

Teori tersebut kemudian dibantah oleh Sigmund Freud yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu terlahir tidak 'kosong', melainkan memiliki dua dorongan yang kuat, yaitu sex dan agresi.


Keterangan:
-  Id : Dorongan biologis berupa sex dan agresi.
- Superego : Dorongan dari lingkungan, berupa norma, adat, dll.
-  Ego : Eksekutor antara id dan superego, berupa kemampuan untuk memutuskan pilihan antara mengikuti id tanpa menghiraukan superego dan sebaliknya, atau mengakalinya agar keduanya terpenuhi.

 

 Berbeda dengan Freud, dalam perspektif islam pada teori ini kemudian dilakukan islamisasi dari id, ego dan supergo menjadi an nafsu amarah bisu, an nafsu lawwamah dan an nafsu al muthmainnah sebagai berikut:

1. Nafsu Amarah Bisu (Get pleasure and avoid pain)
Yaitu jiwa yang cenderung kepada kesenangan-kesenangan yang bernilai rendah dan bersifat duniawi. Dan secara alami, nafsu amarah cenderung kepada hal-hal yang tidak baik.
Allah SWT berfirman dalam al-qur’an yang artinya: "Sesungguhnya nafsu itu suka mengajak ke jalan kejelekan, kecuali (nafsu) seseorang yang mendapatkan rahmat TuhanKu." (QS. Yusuf : 53).

2. Nafsu Lawwamah (Blame yourself stage)
Yaitu jiwa yang sudah sadar dan mampu melihat kekurangan-kekurangan diri, dengan kesadaran itu, maka kita terdorong untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan rendah dan selalu berupaya melakukan sesuatu yang mengantarkan kebahagian yang bernilai tinggi.
 
3. Nafsu Muthmainnah (Peaceful mind)
Yakni jiwa tenang, tentram, karena nafsu ini tergolong tahap tertinggi, yang sempurna berada dalam kebenaran dan kebajikan, itulah nafsu yang dipanggil dan dirahmati oleh Allah SWT, Sebagaimana firman-Nya yang artinya : "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya." (QS. Al - Fajr : 27-28).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar